DIMENSI PERENCANAAN PAJAK

Pendahuluan
Dalam melakukan perencanaan pajak, perusahaan multinasional memiliki keunggulan tertentu atas perusahaan yang murni domestic karena memiliki fleksibilitas geografis lebih besar dalam menentukan lokasi produksi dan system distribusi. Fleksibilitas ini memberikan peluang tersendiri untuk memanfaatkan perbedaan antaryurisdiksi pajak nasional sehingga dapat menurunkan beban pajak perusahaan secara keseluruhan. Pergeseran beban dan pendapatan melalui ikatan-ikatan dalam perusahaan juga memberikan peluang tambahan bagi MNC untuk meminimalkan pajak global yang dibayarkan. Sebagai respons atas hal ini, pemerintah nasional senatiasa merancang aturan hukum untuk meminimalkan kesempatan melakukan arbitrase yang melibatkan beberapa yurisdiksi pajak nasional yang berbeda :

Pertimbangan atas masalah perencanaan pajak ini dimulai dengan dual hal dasar :
 Pertimbangan pajak seharusnya tidak pernah mengendalikan strategi usaha.
 Perubahan hukum pajak secara konstan membatasi manfaat perencanaan pajak dalam jangka panjang.

1. Pertimbangan Organiasasi
Dalam mengenakan sumber pajak luar negeri, banyak pihak berwenang pajak yang memusatkan perhatiannya pada bentuk organisasi operasi luar negeri. Sebuah cabang umumnya dianggap sebagai perluasan induk perusahaan. Maka labanya segera dikonsolidasi dengan laba induk perusahaan dan dikenakan pajak secara penuh pada tahun saat laba dihasilkan, terlepas apakah dikirimkan kembali kepada induk perusahaan atau tidak.
Laba anak perusahaan luar negeri umumnya tidak dikenakan pajak hingga dilakukan repatriasi. Pengecualian terhadap aturan umum ini dijelaskan sebagai berikut :
a. Jika operasi luar negeri pada awalnya diramalkan akan mendatangkan kerugian, mungkin akan menguntungkan secara pajak apabila diorganisasikan secara cabang pada tahap awal. Sekali operasi luar negeri tersebut mendatangkan keuantungan, maka akan lebih menarik untuk mengoperasikannya sebagai anak perusahaan.
b. Untuk satu hal, overhead induk perusahaan tidak dapat dialokasikan sebagai cabang, karena cabang dipandang sebagai bagian dari induk perusahaan. Lebih lagi, jika pajak atas laba luar negeri lebih rendah dari Negara tuan rumah dari pada laba di Negara asal induk perusahaan, laba atas anak perusahaan tidak dikenakan pajak oleh Negara asal induk perusahaan hinggga dilakukan repatriasi.
c. Jika anak perusahaan diorganisasikan di sebuah Negara surge pajak yang tidak mengenakan pajak sama sekali, maka penangguhan pajak akan semakin menarik. Pemerintahan nasional mengetahui fenomena ini dan banyak yang telah mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan penyalahgunakan oleh perusahaan. Salah satunya adalah pengakuan Laba Subbagian F di Amerika Serikat.

2. Perusahaan Luar Negeri yang Dikendalikan dan Laba Subbagian F
Umumnya di Amerika Serikat dan negara-negara lain menerapkan prinsip pengenaan pajak seluruh dunia yang dikenal sebagai prinsip penangguhan (deferral), yaitu laba anak perusahaan luar negeri tidak dikenakan pajak kepada induk perusahaan hingga laba itu di repatriasi sebagai deviden. Negara-negara surga pajak member peluang kepada perusahaan multinasional untuk menghindari repatriasi (pajak Negara asal) dengan menepatkan laba transaksi dan akumulasinya kepada anak perusahaan “plat nama”. Transaksi ini tidak memiliki pekerjaan atau nyata yang terkait. Laba yang dihasilkan dari transaksi ini bersifat pasif dan bukan aktif. Amerika Serikat menutup kelemahan ini dengan :
a. Perusahaan luar negeri yang dikendalikan ( Controlled Foreign Corporation / CFC)
b. Provisi Laba Subbagian F
 CFC merupakan perusahaan yang dimiliki secara langsung atau tidak langsung oleh pemegang saham AS lebih dari 50 % dari total hak suara atau nilai pasar wajar. Hanya pemegang saham yang memiliki lebih dari 10% hak suara yang dihitung dalam penetapan ketentuan 50% itu. Pemegang saham CFC dikenakan pajak atas laba CFC tertentu bahkan sebelum laba itu didistribusikan.
 Laba Subbagian F mencangkup beberapa pendapatan penjualan dan jasa dengan pihak berhubungan istimewa. Misalkan jika anak perusahan AS di Bahama membeli persedian dari induk perusahaan AS dan mengekspor persedian itu ke Uni Eropa, maka laba yang dibukukan oleh anak perusahaan di Bahama merupakan merupakan Laba Subbagian F. Di sisi lain, jika anak perusahaan di Bahama menjual persedian yang di Impor itu di Bahama sendiri, maka laba dari penjualan local bukan laba Subbagian F. Laba Subbagian F juga mencangkup laba pasif seperti difiden, bunga, sewa, royalty, dan keuntungan bersih dari transaksi komoditas atau dalam mata uang asing; keuntungan dari penjualan property investasi tertentu seperti surat berharga; pendapatan pengiriman dari penggunaan kapal atau pesawat kargo dalam perdagangan luar negeri dan beberapa pendapatan asuransi.

3. Induk Perusahaan di Luar Negeri
Dengan keadaan tertentu, sebuah induk perusahaan multinasional yang berpusat di AS dengan operasi di beberapa Negara asing dapat memiliki keuntungan apabila memiliki berbagai investasi asing melalui induk perusahaan di Negara ketiga. Induk perusahaan AS secara langsung memiliki saham suatu induk perusahaan yang didirikan di sebuah wilayah yurisdiksi asing dan induk perusahaan yang didirikan tersebut pada gilirannya memiliki saham-saham dari satu atau lebih anak perusahaan yang beroperasi yang didirikan diwilayah luar negeri lainya merupakan sifat utama dari struktur ini.
Keuntungan dari bentuk organisasi induk perusahaan ini menyangkut pajak antara lain :
a. Mempertahankan manfaat tingkat pajak pungutan atas dividen, bunga, royalty, dn pembayaran serupa lainya.
b. Menunda pajak AS atas laba luar negeri hingga laba tersebut direpatriasikan ke induk perusahaan AS.
c. Menunda pajak AS atas keuntungan dari penjualan saham anak perusahaan operasi luar negeri.
Untuk merealisasikan keuntungan ini akan bergantung terutama pada perencanaan yang memadai menurut aturan pajak AS yang rumit dan menghindari aturan pemanfaatan anti-perjanjian yang banyak ditemukan pada sejumlah perjanjian pajak.

4. Perusahaan Penjualan Luar Negeri
Amerika Serikat menciptakan Perusahaan Penjualan Luar Negeri ( Foreigns Sales Corporations- FSC) untuk mendorong ekspor dan memperbaiki posisi neraca pembayaran AS, contoh Parents Corp yang ada di AS melakukan kontrak dengan seorang pembeli di Eropa untuk melakukan pengiriman persediaan. Parents corp segera mengirimkan produk itu langsung dari pabrik di Oklahoma kepada pembeli Eropa, tetapi juga melakukan penjualan barnag tersebut diatas kertas kepada perusahaan afiliasi yang dimiliki penuh, yaitu FSC Virgin Island. FSC Virgin Island kemudian menyelesaikan transaksi ini melalui penjualan di atas kertas yang lain kepada pembeli Eropa. Pembayaran dilakukan melalui FSC Virgin Islands, yang kemudian meneruskannya kepada Parents Corps. Sampai 30 % dari pendapatan ekspor dari pedagang FSC tidak dikenakan pajak perusahaan AS dan tidak ada deviden yang dikenakan pajak jika FSC Virgin Island membayar dividen kepada Parent Corp.
Pada tahun 2000, Organisasi Perdagangan Dunia ( Word Trade Organization / WTO ) menetapkan bahwa FSC merupakan bentuk subsidi illegal dan memerintahkan AS untuk mengubah provisi FSC. Sebagai jawabnya, diganti dengan perkecualian laba yang diperoleh dari luar territorial.

5. Keputusan Pendanaan
Cara yang digunakan untuk mendanai operasi luar negeri dapat dipengaruhi oleh factor pajak. Dengan mengasumsikan hal lain tidak berubah, dimungkinkannya utang untuk dikurangi pajak, yang meningkatkan imbalan setelah pajak atas ekuitas, juga akan meningkatkan daya tarik pendanaan utang di Negara-negara dengan pajak tinggi. Apabila pinjaman dalam mata uang local dibatasi oleh pemerintahan local yang mengharuskan tingkat minimum penyetoran ekuitas oleh induk perusahaan asing, maka peminjam yang dilakukan oleh induk perusahaan untuk mendanai penyetoran modal ini akan menghasilkan akhir yang sama, dengan catatan otoritas pajak di Negara induk perusahaan memperbolehkan pengurangan bunga atas pajak.
Dalam contoh yang lain, anak perusahaan untuk pendanaan luar negeri yang berdomisil di suatu Negara dengan tarif pajak rendah atau Negara surga pajak dapat juga digunakan sebagai sarana pendanaan. Pada suatu ketika, perusahaan AS yang bermaksud untuk meminjam dana pada pasar eurodolar tidak dapat dilakukan hal itu karena mendapat pembatasan dari pemerintah AS yang mengenakan pajak pungutan atas bunga yang dibayarkan kepada kreditor asing. Maka untuk menurunkan biaya pendanaan perusahaan AS dapat mendirikan anak perusahaan untuk pendanaan luar negeri di Netherland Antilles, suatu Negara yang tidak mengenakan pajak pungutan atas bunga kepada para penghuninya.
SUMBER
Choi D.S. Frederick & Meek K. Gary. 2005. AKUNTANSI INTERNASIONAL, EDISI 5 BUKU 2. Jakarta : Salemba Empat.

Published in: on 24 Mei 2011 at 9:40 am  Tinggalkan sebuah Komentar  

MANAJEMEN RESIKO KEUANGAN

Mengapa Mengelola Resiko Keuangan ?

Pentingnya Manajemen Resiko Keuangan dikarenakan..
1. Pertumbuhan jasa manajemen resiko yang cepat menunjukan bahwa manajemen dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengendalikan resiko keuangan.
2. Adanya harapan yang besar dari investor pihak-pihak berkepentingan lainya, agar manajer keuangan mampu mengidentifikasikan dan mengelola resiko pasar yang dihadapi secara aktif.

Jika nilai perusahaan menyamai nilai kini arus kas masa depannya, manajemen potensial resiko yang aktif dapat dibenarkan dengan beberapa alasan :

1. Manajemen eksposur membantu dalam menstabilkan ekspetasi arus kas perusahaan. Aliran arus kas yang stabil dapat meminimalkan kejutan laba, sehingga meningkatkan nilai kini ekspektasi arus kas. Laba yang stabil juga mengurangi kemungkinan resiko gagal bayar dan kebangkrutan atau resiko bahwa laba mungkin tidak dapat menutupi pembayaran jasa utang kontraktual.
2. Manajemen eksposur yang aktif memungkinkanperushaan untuk berkonsentrasi pada resiko bisnisnya yang utama. Dengan demikian, suatu perusahaan manufaktur dapat melakukan lindung nilai resiko suku bunga dan mata uang dan berkonsentrasi pada prosuksi dan pemasaran.
3. Para pemberi pinjaman, karyawan dan pelanggan juga memperoleh manfaat dari manajemen eksposur. Pemberi pinjaman umumnya memiliki toleransi resiko yang lebih rendah dibandingkan dengan pemegang saham, sehingga membatasi eksposur perusahaan untuk menyeimbangkan kepentingan pemegang saham dan pemegang obligasi.
Produk derivative juga memungkinkan dana pensiun yang dikelolah pemberi kerja memperoleh imbalan yang lebih tinggi dengan memberi kesempatan untuk berinvestasi dalam instrumen tertentu tanpa harus membeli atau menjual instrument terkait secara nyata.

Akhirnya, karena kerugian yang ditimbulkan oleh resiko harga dan suku bunga tertentu dialihkan kepada pelanggan dalam bentuk harga yang lebih tinggi, manajemen eksposur membatasi resiko yang dihadapi oleh konsumen.

Sumber
Choi D.S. Frederick & Meek K. Gary. 2005. AKUNTANSI INTERNASIONAL, EDISI 5 BUKU 2. Jakarta : Salemba Empat.

Published in: on 9 Mei 2011 at 2:07 am  Tinggalkan sebuah Komentar  

Evaluasi Kinerja Operasi Luar Negeri

Mengevaluasi kinerja luar negeri merupakan pusat dari system pengendalian yang efektif. System evaluasi kinerja yang dirancang dengan tepat memungkinkan manajemen puncak untuk :
1. Mempertimbangkan profitabilitas operasi yang ada.
2. Menentukan area yang memiliki kinerja tidak seperti yang diharapkan.
3. Mengalokasikan sumber-sumber daya perusahaan yang terbatas dengan produktif.
4. Mengevaluasi kinerja manajemen
5. Memastikan prilaku manajemen konsisten dengan prioritas startegis.

Evaluasi kinerja untuk operasi luar negeri harus berhubungan dengan kerumitan seperti volatilitas kurs, inflasi luar negeri, harga transfer, budaya nasional yang berbeda, dan sejumlah pengaruh lingkungan lainnya. Jika faktor-faktor ini diabaikan, kantor pusat menghadapi resiko untuk menerima ukuran-ukuran hasil operasi yang terdistorsi.

Standar kinerja yang kurang tepat memungkin memotivasi manajer luar negeri untuk mengambil tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan. Konsekuensi langsung yang timbul adalah berkurangnya berkurangnya efensiensi perusahaan dan kemungkinan berkurangnya daya saing.

Konsisten
Hasil penelitian menunjukan bahwa tujuan utama evaluasi kinerja adalah untuk memastikan profitabilitas. Namun demikian, terdapat potensi untuk terjadinya konflik apabila system evaluasi kinerja tidak sesuai dengan sifat khusus operasi luar negeri yang mungkin memiliki tujuan yang berbeda dari laba jangka pendek. Demikian pula, penekanan pada profitabilitas dan efesiensi jangka pendek dapat mengahlikan perhatian dari strategi perusahaan dan manufaktur yang penting dan meniadakan kariayan perusahaan.

Berdasarkan keunikan misi tiap-tiap anak perusahaan luar negeri, system evaluasi kinerja harus memungkinkan bagaimana tujuan anak perusahaan sesuai dengan keseluruhan tujuan perusahaan. Misalkan, jika tujuan suatu anak perusahaan luar negeri adalah untuk menghasilkan komponen untuk unit lain dalam system perusahaan, maka tujuan itu harus dievaluasi dalam aspek bagaimana harga, produksi, kualitas, dan jadwal pengiriman bila dibandingkan dengan sumber-sumber pasokan lain. Manajer anak perusahaan harus berpartisipasi penuh dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai. Partisipasi tersebut membantu dalam memastikan bahwa mereka akan dievaluasi berdasarkan kerangka kerja yang sensitive terhadap kondisi operasi local dan konsisten dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Perusahaan harus yakin untuk tidak mengorbankan tujuan jangka panjang karena manajer anak perusahaan terlalu sibuk dengan hasil jangka pendek. Kepatuhan terhadap tujuan jangka panjang dapat dicapai dengan memastikan bahwa tujuan kinerja jangka pendek dan insentif manajemen terpenuhi di dalam rencana strategi perusahaan .

SUMBER
Choi D.S. Frederick & Meek K. Gary. 2005. AKUNTANSI INTERNASIONAL, EDISI 5 BUKU 2. Jakarta : Salemba Empat.

Published in: on 21 April 2011 at 2:32 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

ANALISIS KEUANGAN INTERNASIONAL

Tujuan analisis keuangan adalah untuk mengevaluasi kinerja perusahaan pada masa kini dan masa lalu dan untuk menilai apakah kinerjanya dapat dipertahankan. Terdapat dua alat penting dalam melakukan analisis keuangan :
a. Analisis Rasio
Analisis ini mencakup perbandingan rasio antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama, perbandingan rasio suatu perusahaan antar waktu atau dengan periode fiscal yang lain dan atau perbandingan rasio terhadap beberapa acuan yang baku.
b. Analisis Arus Kas
Analisis ini berfokus pada laporan arus kas, yang memberikan informasi mengenai arus kas masuk dan keluar perusahaan, yang diklasifikasikan menjadi aktifitas operasi, investasi dan pendanaan, serta pengungkapan mengenai aktivitas investasi dan pendanaan non kas secara periodic. Misalkan, apakah perusahaan telah menghasilkan arus kas yang positif dari operasinya.

1. Analisis Rasio
Ada dua masalah yang harus dibahas ketika melakukan analisis rasio dalam lingkungan internasional :
a. Apakah perbedaan lintas Negara dalam prinsip akuntansi menyebabkan perbedaan yang signifikan dalam angka-angka laporan keuangan yang dilaporkan perusahaan dari Negara yang berbeda?
b. Seberapa jauh perbedaan dalam budaya serta kondisi persaingan dan ekonomi local memperngaruhi interpertasi ukuran akuntansi dan rasio keuangan, meskipun pengukuran akuntansi dari negeri yang berbeda disajikan ulang agar tercapai “ daya banding akuntansi”?
Sejumlah bukti yang kuat menunjukkan adanya perberdaan besar antarnegara dalam profitabilitas, pengungkit, dan rasio serta jumlah laporan keuangan lainnya yang berasal dari factor akuntansi dan non akuntansi.
c. Seberapa besar perbedaan dalam pos-pos laporan keuangan disebabkan oleh perbedaan prinsip-prinsip akuntansi nasional ?
Ratusan perusahaan non AS yang mencatatkan saham di Bursa-bursa efek AS melakukan pengungkapan rekonsiliasi berupa catatan kaki yang memberikan bukti terhadap pernyataan ini, setidaknya dalam konteks perbedaan antara nilai akuntansi berdasarkan GAAP AS dan berdasarkan GAAP non AS.
Suatu penelitian sebelumnya mengenai rekonsiliasi laporan keuangan oleh emiten asing yang disusun oleh SEC cukup informasi. Sekitar separuh dari 528 emiten non AS yang diteliti mengungkapkan perbedaan yang material antara laba yang dilaporkan laporan keuangannya mereka dengan laba bersih menurut GAAP AS. Lima jenis perbedaan laporan keuangan yang diungkapkan oleh sejumlah besar emiten adalah :
1. Depresiasi dan amortisasi
2. Biaya yang ditangguhkan
3. Pajak tangguhan
4. Pensiun
5. Transaksi mata uang asing
Penelitian ini menunjukan bahwa lebih dari 2/3 emiten yang mengungkapkan perbedaan laba yang material melaporkan bahwa laba menurut GAAP AS lebih rendah dibandingkan dengan laba menurut GAAP non AS. Hampir setengah dari antaranya melaporkan perbedaan laba lebih besar dari 25%. dua puluh lima dari 87 emiten yang melaporkan bahwa laba berdasarkan GAAP AS lebih besar daripada berdasarkan GAAP non AS melaporkan perbedaan lebih besar dari 25%. Hasil yang sam juga ditemukan untuk rekonsiliasi ekuitas pemegang saham. Secara keseluruhan, bukti dalam studi SEC ini menunjukan bahwa perbedaan laporan keuangan menurut GAAP AS dan GAAP non AS sangat material untuk kebanyakan perusahaan.

d. Analisis Arus Kas
Laporan arus kas yang sangat mendetal sangat diwajibkan menurut GAAP AS, GAAP Inggris, IFRS, dan standar akuntansi di sejumlah Negara yang jumlahnya semakin bertambah. Ukuran-ukuran yang berkaitan dengan arus kas sangat bermanfaat khusunya dalam analisis internasional karena tidak telalu dipengaruhi oleh perbedaan prinsip akuntansi, bila dibandingkan dengan ukuran-ukuran berbasis laba Apabila laporan arus kas tidak disajikan, sering kali ditemukan kesulitan untuk menghitung arus kas dari operasi dan ukuran arus kas lainya dengan menyelesaikan laba berbasis actual.

e. Mekanisme untuk Mengatasi
Untuk mengatasi perbedaan prinsip akuntansi lintas Negara, beberapa analis menyajikan ulang ukuran akuntansi asing menurut sekelompok prinsip yang diakui secara internasional atau sesuai dengan dasar lain yang lebih umum. Beberapa yang lain mengembangkan pemahaman yang lengkap atas praktik akuntansi di sekelompok Negara tertentu dan membatasinya analisis mereka terhadap perusahaan-perusahaan yang berlokasi di Negara-negara tersebut.

        SUMBER

Choi D.S. Frederick & Meek K. Gary. 2005. AKUNTANSI INTERNASIONAL, EDISI 5 BUKU 2. Jakarta : Salemba Empat.

Published in: on 15 April 2011 at 3:38 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Survei Harmonisasi Internasional

1. Keuntungan Harmonisasi Internasional
Para pendukung harmonisasi Internasional mengatakan bahwa harmonisasi memiliki banyak keuntungan. Sebuah tulisan terbaru juga mendukung adanya suatu “ GAAP global “ yang terharmonisasi. Beberapa manfaat yang disebutkan antara lain :
a. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak diseluruh dunia tanpa hambatan berarti.
b. Investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik; portofolio akan lebih beragam dan resiko keuangan berkurang.
c. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan stategi dalam bidang marger dan akuisisi.
d. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat disebarkan dalam pengembangan standar global yang berkualitas tinggi.
Intinya adalah kebanyakan argument atas harmonisasi akuntansi berkaitan dalam satu hal atau lainya dengan upaya untuk meningkatkan efesiensi operasional dan alokasi pasar modal.

2. Kritik atas Standar Internasional
a. Pada awal tahun 1971, beberapa pihak mengatakan bahwa penentuan standar internasional merupakan solusi yang terlalu sederhana atas masalah yang rumit. Dinyatakan juga bahwa akuntansi memiliki fleksibilitas yang terbangun dengan sendiri di dalamnya dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang sangat berbeda merupakan salah satu nilai terpenting yang dimilikinya. Pada saat standar akuntansi diragukan dapat menjadi fleksibel untuk mengatasi perbedaan-perbedaan dalam latar belakang, tradisi dan lingkungan ekonomi nasional maka beberapa orang berpendapat hal ini akan menjadi sebuah tantangan yang secara politik tidak dapat diterima terhadap kedaulatan nasional.
b. Para pengamat yang lain berpendapat, penentapan standar akuntansi internasional pada dasarnya merupakan sabuah taktik kantor-kantor akuntan besar yang menyediakan jasa akuntansi internasional untuk memperluas pasarnya. Dikatakan kantor akuntan multinasional menjadi penting dalam penerapan standar internasional pada lingkungan nasional dimana standar tersebut menjadi terlihat berbeda jauh dan kompleks. Juga, karena lembaga keuangan internasional dan pasar internasional berketetapan untuk menggunakan standar internasional, hanya kantor akuntan internasional yang besar dan mampu memenuhi permintaan ini.
c. Di khawatirkan standar internasional akan menimbulkan “ standar yang berlebihan “. Argument terkait adalah perhatian politik nasional sering kali berpengaruh terhadap standar akuntansi dan bahwa pengaruh politik internasional tidak terhindar lagi akan menyebabkan kompromi standar akuntansi.

3. Rekonsiliasi dan Pengakuan Bersama
Sejalan dengan penerbitan dan perdagangan saham internasional yang semakin berkembang, masalah-masalah yang terkait dengan penyerahan laporan keuangan dalam wilayah non domestic semakin menjadi penting. Beberapa pendukung berpendapat bahwa harmonisasi internasional akan membantu menyelesaikan masalah-masalah yang terkait dengan isi laporan keuangan lintas batas Negara.
Dua pendekatan lain yang diajukan sebagai solusi yang mungkin digunakan untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan isi laporan keuangan lintas batas :
a. Rekonsiliasi.
Melalui rekonsiliasi, perusahaan asing dapat menyusun laporan keuangan dengan menggunakan standar akuntansi Negara asal, tapi harus menyediakan rekonsiliasi antara ukuran-ukuran akuntansi yang penting di Negara asal dan di Negara dimana laporan keuangan dilaporkan.
Rekonsiliasi berbiaya rendah bila dibandingkan dengan penyusunan laporan keuangan lengkap berdasarkan prinsip akuntansi yang berbeda. Namun demikian rekonsiliasi hanya menyajikan ringkasan dan bukan gambaran perusahaan yang utuh.
b. Pengakuan bersama / timbal balik / resiprositas
Pengakuan bersama terjadi apabila pihak regulator di luar negeri asal menerima laporan keuangan perusahaan asing yang didasarkan pada prinsip-prinsip Negara asal. Resiprositas tidak meningkatkan perbandingan laporan keuangan lintas Negara dan dapat menimbulkan “lahan bermain yang tisak seimbang” yang mana memungkinkan perusahan-perusahaan asing menerapkan standar yang tidak terlalu ketat bila dibandingkan dengan yang diterapkan terhadap perusahaan domestic.

4. Evaluasi
Perdebatan mengenai harmonisasi mungkin tidak akan pernah terselesaikan dengan tuntas. Beberapa argument yang menentang harmonisasi mengandung sejumlah kebenaran. Akan tetapi, semakin banyak bukti menunjukan bahwa tujuan harmonisasi internasional akuntansi, pengungkapan, dan audit telah menerima begitu luas sehingga tren yang mengarah pada harmonisasi internasional akan berlanjut atau bahkan semakin cepat.
Meskinpun terdapat perbedaan, seluruh dimensi akuntansi telah menjadi teharmonisasi di seluruh dunia. Terbukti dengan sejumlah besar perusahaan secara sukarela mengadopsi Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS). Banyak Negara telah mengadopsi IFRS secara keseluruhan, menggunakan IFRS sebagai dasar standar nasional atau mengizinkan penerapan IFRS. Organisasi Internasional dan badan pembuat standar terkemuka diseluruh dunia (Komisi Eropa, Organisasi Perdagangan Dunia, dll) mengesahkan tujuan Badan Standar Akuntansi Internasional. Kemajuan dalam harmonisasi pengungkapan dan audit cukup mengesankan.
Perusahaan-perusahaan yang telah mengadopsi ini melihat manfaat ekonomi dalam standar akuntansi dan pengungkapan yang kredibel di mata internasional. Keberhasilan upaya hermonisasi oleh organisasi internasional dapat menunjukan bahwa harmonisasi terjadi sebagai respons alami terhadap kekuatan-kekuatan ekonomi.

5. Penetapan Standar Internasional
Standar akuntansi internasional digunakan sebagai hasil dari
a. Perjanjian Internasional atau politis
b. Kepatuhan secara sukarela
c. Keputusan oleh Badan Pembuat Standar akuntansi nasional
Usaha-usaha Intenasional lain dalam bidang akuntansi pada dasarnya dilakukan secara sukarela. Standar-standar itu akan diterima atau tidak tergantung pada orang-orang yang menggunakan. Saat standar internasional dan standar nasional tidak sama, tidak akan jadi masalah, dan akan menjadi masalah ketika kedua standar tersebut berbeda, standar nasional harus menjadi rujukan pertama ( mempunyai keunggulan ).
Ketika perusahaan-perusahaan mengadopsi lebih dari satu set standar akuntansi, akibat yang sering harus ditanggung adalah mereka harus menerbitkan satu set laporan untuk setiap set standar akuntansi yang mereka adopsi. Hal tersebut dilakukan dalam rangka konvergensi standar akuntansi nasional dan standar internasional.
SUMBER
Choi D.S. Frederick & Meek K. Gary. 2005. AKUNTANSI INTERNASIONAL, EDISI 5 BUKU 2. Jakarta : Salemba Empat.

Published in: on 10 April 2011 at 1:53 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

SUDUT PANDANG INTERNASIONAL TERHADAP AKUNTANSI INFLASI

Beberapa Negara telah mencoba akuntansi inflasi yang berbeda-beda. Praktik actual juga mencerminkan pertimbangan pragmitis seperti parahnya laju inflasi nasional dan pandangan yang pihak-pihak yang secara langsung dipengaruhi oleh angka-angka akuntansi inflasi. Mengamati beberapa metode akuntansi inflasi yang berbeda sangat bermanfaat pada saat menilai kondisi paling muktahir saat ini.

1. Negara Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan / SFAS No.33, yang berjudul “ Pelaporan Keuangan dan Perubahan Nilai” pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persedian dan aktifa tetap bernilai lebih dari $125 juta atau aktiva lebih dari $1 miliyar, untuk selama 5 tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan biaya historis sebagai kerangka dasar pengukuran dasar untuk laporan keuangan utama.
Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No.33 menemukan bahwa :
a. Pengungkapan ganda yang diwajibkan FASB membingungkan.
b. Biaya penyusunan pengungkapan ganda ini terlalu besar.
c. Pengungkapan daya beli biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan dengan biaya kini. Akhirnya diterbitkan SFAS N0.88 untuk membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh pernyataan atas harga yang berubah dan menjadi titik awal standar akuntansi inflasi masa depan.

Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapkan informasi berikut untuk masing-masing dari 5 tahun terajhir :
a. Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainya.
b. Laba dari opersi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini.
c. Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan.
d. Setiap agregrat penyesuaian translasi mata uang asing berdasarkan biaya kini, yang timbul dari proses konsolidasi.
e. Aktiva bersih pada akhir tahun menurun dasar biaya kini.
f. Laba per saham menurut dasar biaya kini
g. Deviden per saham biasa
h. Harga pasar akhir tahun perlembar saham biasa
i. Tingkat indeks Harga Konsumen yang digunakan untuk mengukur laba dari opersi berjalan.

Panduan pengungkapan SFAS No.88 juga mencakup operasi luar negeri yang dimasukkan dalam laporan konsolidasi induk perusahaan dari AS perusahaan yang ,engadopsi dolar sebagai mata uang fungsional untuk mengukur operasi luar negerinya memandang operasi-operasi dari sudut pandang mata uang induk perusahaan.
Akibatnya akun-akun operasi harus ditranslasi ke dalam dolar, kemudian disesuaikan dengan inflasi AS. Perusahaan multinasional yang mengadopsi mata uang local sebagai mata uang fungsional untuk kebanyakan operasi luar negerinya menggunakan sudut pandang mata uang local.
FASB memperbolehkan perusahaan tersebut untuk mengunakan metode translasi sajikan ulang atau menyesuaikan diri terhadap inflasi luar negeri dan kemudian melakukan translasi kedalam dolar AS. Dengan demikian, penyesuai terhadap data biaya kini untuk mencerminkan inflasi dapat didasarkan pada indeks tingkat harga umum AS atau luar negeri.

2. Negara Inggris
Komite Standar Akuntansi Inggris / ACS menerbitkan “Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 / SSAP, “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980. Meskipun SSAP 16 dibatalkan pada tahun 1988, metodologinya direkomendasikan untuk perusahaan-perusahaan yang secara sukarela melaporkan akun-akunnya yang disesuaikan terhadap inflasi.

Perbedaan SSAP 16 dengan SFAS 33 adalah
1. Apabila standar AS mengharuskan akuntansi biaya konstan dan kini, SSAP 16 hanya mengadopsi metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.
2. Apabila penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris mengwajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelas.
Standar di Inggris memperbolehkan 3 pilihan pelaporan :
a. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis.
b. Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini.
c. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satuny akun yang dilengkanpi dengan informasi biaya historis yang memadai.

Dengan perlakuan keuntungan dan kerugian yang terkait dengan pos-pos moneter, FAS 33 menharuskan pengungkapan terpisah untuk tiap-tiap angka. SSAP 16 mengaharuskan dua angka yang keduanya mencerminkan pengaruh perubahan harga spesifik, yaitu
a. Penyesuai modal kerja moneter ( Monetary Working Capital Adjustment) / MWCA
Mengakui pengaruh perubahan harga khusus terhadap total jumlah modal kerja yang digunakan oleh perusahaan dalam operasinya.
b. Mekanisme Penyesuaian
Memungkinkan pengaruh perubahan harga spesifik terhadap aktiva nonmoneter perusahaan.

3. Negara Brasil
Walaupun tidak lagi diwajibkan akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brasil hari ini mencerminkan 2 kelompok pilihan pelaporan –Hukum Perusahaan Brasil dan Komisi Pengawasan Pasar Modal Brasil. Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh pemerintah federal untuk mengukur devaluasi mata uang local.
Penyesuaian inflasi terhadap aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham disajikan bersih terhadap jumlah lebih yang diungkapkan secara terpisah dalam laba kini sebagai keuntungan atau kerugian koreksi moneter.

Penyesuaian tingkat harga terhadap ekuitas pemegang saham merupakan jumlah investasi pemegang saham pada awalperiode yang harus tumbuh agar tidak tertingla dengan laju inflasi. Penyesuaian aktiva permanen yang lebih kecil daripada penyesuaian ekuitas menyebabkan kerugian daya beli yang mencerminkan resiko yang dihadapi perusahan terhadap aktiva moneter bersihnya.

SUMBER
Choi D.S. Frederick & Meek K. Gary. 2005. AKUNTANSI INTERNASIONAL, EDISI 5 BUKU 1. Jakarta : Salemba Empat.

Published in: on 3 April 2011 at 1:59 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

PERDEBATAN – TRANSLASI MATA UANG ASING KE-II

Perdebatan yang dimaksud adalah FAS No. 52. FAS No. 52 merupakan salah satu rancangan untuk menenangkan kritik terhadap FAS No. 8. Terdapat buki empiris terbaru yang menunjukan dukungan terhadap FAS No. 52. Isu baru menimbulkan kontroversi yang baru dan bagian berikut ini membahas beberapa diantaranya:
1. Sudut Pandang Pelaporan
Ketika menggunakan isilah uang fungsional, FAS No. 52 mengakomodasi baik sudut pandang pelaporan local maupun induk perusahaan dalam laporan keuangan konsolidasi . timbulah beberapa pertanyaan :
a. Apakah pembaca laporan keuangan dilayanani dengan baik melalui penggabungan dua sudut pandangan pelaporan yang berbeda dan dengan demikian 2 kerangka mata uang yang berbeda dalam satu set laporan keuangan konsolidasi?
b. Apakah terdapat perbedaan dalam substansi antara penyesuaian translasi yang berasal dari metode temporal dengan penyesuaian translasi yang berasal dari metode kurs kini?
c. Jika tidak, apa terdapat manfaat dari melakukan pengungkapan atas beberapa penyesuaian translasi dalam laba dan beberapa dalam ekuitas pemegang saham?
d. Apakah konsep unit pengukuran tunggal dalam FAS No.8 ( mata uang induk uang perusahan) tidak terlalu buruk dibandingkan dengan yang lain?
e. Haruskah kita menghentikan proses translasi laporan keuangan dalam mata uang asing seketika?
Dengan melakukan hal ini maka dapat dihindari banyak kerugian yang terkait dengan metode translasi kini, termasuk masalah penggabungan lebih dari satu sudut pandang dalam hasil translasi.
Juga disebutkan bahwa FAS No.52 tidak konsisten dengan teori konsolidasi, yang bermaksud untuk menunjukan laporan induk suatu perusahaan dan anak-anak perusahaannya seakan-akan kelompok usaha tersebut beroperasi sebagai satu perusahaan tunggal. Namun, anak perusahaan dengan mata uang fungsiona adalah mata uang relative independen dari induk perusahaan. Jika perusahaan multinasional tidak beroperasi sebagai satu perusahaan tunggal, lalu mengapa kita mengonsolidasi bagian-bagian independen.

2. Apa yang terjadi dengan Biaya Historis?
Melakukan translasi suatu saldo yang diukur berdasarkan biaya historis dengan kurs nilai tukar kini akan menghasilkan jumlah dolar AS yang bukan biaya historis pos tersebut ataupun ekuivalen nilai terkininya. Jumlah yang ditranslasikan tersebut bertentangan dengan deskripsi teori. Biaya historis merupakan dasar GAAP AS dan kebanyakan aktiva luar negeri dari kebanyakan perusahaan multinasional memiliki pengukuran biaya historis.
Namun metode kurs kini merupakan metode yang digunakan dalam translasi apabila mata uang local dianggap sebagai mata uang fungsional. Bahkan jika para pengguna laporan keuangan masih dapat memahami esensi jumlah-jumlah konsolidasi, masih saja timbul ketidaksinambungan teori.

3. Konsep Laba
Berdasarkan FAS No.52 penyesuaian yang timbul dari translasi laporan keuangan dalam mata uang asing dan dari translasi beberapa transaksi langsung dilaporkan dalam ekuitas pemegang saham, sehingga tidak melalui laporan laba rugi. Tujuan pelaporan ini kelihatannya adalah agar para pembaca laporan keuangan mendapatkan angka laba yang lebih akurat dan tidak terlalu membingungkan.
Namun demikian beberapa pihak tidak menyukai gagasan untuk mengubur penyesuaian translasi yang sebelumnya harus diungkapkan. Mereka memiliki ketakutan kalau-kalau para pembaca mengalami kebingungan yang disebabkan pengaruh fluktuasi kurs nilai tukar terhadap kekayaan perusahaan.

4. Laba Terkelolah
FAS No. 52 memberi kesempatan untuk mengelolah laba. Sebagai contoh suatu anak perusahaan asing mungin memiliki beban yang terjadi dalam mata uang local dan melakukan penjualan utamanya dilingkungan local dengan donominasi dalam mata uang local. Keadaan ini akan cenderung menetapkan mata uang local sebagai mata uang fungsional. Namun, operasi yang sama mungkin didanai seluruhnya oleh induk perusahaandimana terdapat arus kas yang dibayarkan kembali kepada induk perusahaan.

Oleh karenanya, mata uang induk perusahaan dapat ditetapkan sebagai mata uang fungsional. Hasil yang mungkin berbeda dalam penentuan mata uang fungsional mungkin menjadi salah satu alasan mengapa Exxon Mobil Oil memilih maya uang local sebagai mata uang fungsional untuk kebanyakan operasi asingnya, sementara Chevron-Texaco dan Unocal memilih dolar. Apabila terjadi pertentangan antara criteria penetuan, dan pilihan yang diambil menentukan hasil pelaporan secara signifikan, maka terdapatkan kesempatan untuk melakukan menajemen laba.
SUMBER
Choi D.S. Frederick & Meek K. Gary. 2005. AKUNTANSI INTERNASIONAL, EDISI 5 BUKU 1. Jakarta : Salemba Empat.

Published in: on 26 Maret 2011 at 3:01 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Transaksi Mata Uang Asing

Pendahuluan
Apakah transaksi mata uang itu?
Transaksi dalam mata uang asing terjadi pada saat suatu perusahaan membeli atau menjual barang dengan pembayaran yang dilakukan dalam mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam atau meminjamkan dalam mata uang asing. Misalkan sebuah perusahaan yang membeli persedian yang berdenominasi dalam riyal Arab Saudi mengalami suatu kerugian nilai tukar seandainya riyal mengalami kenaikan nilai sebelum penyelesaian. Suatu transaksi mata uang asing dapat berdenomisasi dalam suatu mata uang, tetapi diukur atau dicatat dalam mata uang yang lain.

Mata uang fungsional sebuah perusahaan diartikan sebagai mata uang lingkuangan ekonomi yang utama di mana perusahaan beroperasi dan menghasilkan arus kas. Jika suatu operasi anak perusahaan luar negri relative berdiri sendiri dan terintegasi dalam Negara asing, umunya akan menghasilkan dan mengeluarkan uang dalam mata uang local. Maka, mata uang local adalah mata uang fungsional. Jika perusahaan asing mempertahankan akun-akunnya dalam mata uang selain mata uang fungsional, maka mata uang fungsionalnya adalah mata uang pihak asing.

Untuk menggambarkan perbedaan antara suatu transaksi yang berdenominasi dalam suatu mata uang asing tetapi diukur dalam mata uang lainya, contoh suatu anak perusahaan AS di Hong Kong memneli persedian dari Republik Rakyat Cina(RRC) yang dibayar dalam renninbi. Mata uang fungsional anak perusahaan adalah dolar.AS. Dalam kasus ini, anak perusahaan akan mengukur transaksi mata uang asing-yang berdenominasi dalam renminbi- ke dalam dalar AS, mata uang yang digunakan dalam catatan bukunya. Dari sudut pandangan induk perusahaan induk perusahaan, kewajiban anak perusahaan berdenominsi dalam renminbi, tetapi diukur dalam dolar AS mata uang fungsionalnya, untuk keperluan konsolidasi.

FAS No.52 pernyataan standar akuntansi untuk mata uang asing yang wajib diterapkan di AS mengharuskan perlakuan berikut ini untuk transaksi mata uang asing:

1. Pada tanggal suatu transaksi diakui, setiap aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian yang terjadi dari suatu transaksi harus diukur dan dicatat dalam mata uang fungsional perusahaan yang melakukan pencatatan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada tanggal tersebut.

2. Pada setiap tanggal neraca, saldo-saldo tercatat yang berdenominasi dalam suatu mata uang selain mata uang fungsional perusahaan yang melakukan pencatatan harus disesuaikan untuk mencerminkan kurs nilai tukar terkini.

FAB menolak pandangan yang menyatakan bahwa perbedaan perlu dibuat antara keuntungan dan kerugian dari transaksi yang sudah disesuaikan dan yang belum diselesaikan, karena perbedaan seperti itu tidak dapat diterapkan dalam praktik.
Terdapat 2 prilaku akuntansi atas keuntungan dan kerugian transaksi yang dapat diterapkan:
1. Perspektif Transaksi Tunggal
Berdasarkan persektif transaksi tunggal, penyesuaian nilai tukar diperlakuakan sebagai penyesuaian terhadap akun-akun transaksi yang awal berdasarkan premis bahwa suatu transaksi dan penyelesaiannya merupakan sutu peristiwa tunggal. Misal:
Pada tanggal 1 September 20X5, sebuah perusahaan manufaktur AS menjual barang secara kredit kepada sebuah impotir Swedia dengan harga 1 juta krona Swedia (SEK). Kurs nilai tukar dolar / krona adalah $0,14= SEK, piutang dalam krona itu memiliki masa mulai terdepresiasi sebelum piutang tersebut tertagih. Pada akhir bulan, kurs nilai tukar dolar/krona adalah $0,13 = SEK 1; pada tanggal 1 Desember kurs tersebut adalah $0,!! = SEK 1.

2. Perspektif Dua Transaksi
Bedasarkan perspektif 2 transaksi, penagihan piutang dalam krona dianggap sebagai peristiwa terpisah dari penjualan yang menyebabkan timbulnya piutang tersebut. Dalam contoh sebelumnya, penjualan ekspor dan piutang yang terkait akan dicatat sebesar kurs nilai tukar yang berlaku pada tanggal tersebut. Depresiasi nilai krona yang terjadi antara tanggal 1 September dan 1 Desember akan mengakibatkan kerugian nilai tukar dan piutang pada tangga 1 Desember dengan kurs nilai tukar yang lebih rendah akan menghasilkan kerugian nilai tukar lebih lanjut.

Dengan maksud mencapai keseragaman FAS No.52 mengharuskan penggunaan metode 2 transaksi untuk mencatat transaksi dalam mata uang asing. Keuntungan dan kerugian dari transaksi yang sudah selesai dan belum diselesaikan dimasukan dalam penentuan laba. Pengecualian utama terhadap ketentuan ini terjadi apabila :
1. Penyesuaian nilai tukar berkaitan dengan transaksi antar perusahaan jangka panjang tertentu.
2. Transaksi tersebut dimasudkan dan berfungsi efektif sebagai lindung nilai atas investasi dan komitmen mata uang asing.

SUMBER
Choi D.S. Frederick & Meek K. Gary. 2005. AKUNTANSI INTERNASIONAL, EDISI 5 BUKU 1. Jakarta : Salemba Empat.

Published in: on 19 Maret 2011 at 2:49 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

PENGUNGKAPAN LAPORAN TAHUNAN DI NEGARA-NEGARA PASAR BERKEMBANG

Pengungkapan laporan tahunan perusahaan di Negara-negara pasar berkembang secara umum kurang ekstentif dan kurang kredibel dibandingkan dengan pelaporan perusahaan di negara-negara maju. Sebagai contoh, pengungkapan yang tidak cukup dan yang menyesatkan dan perlindungan konsumen yang terabaikan disebut-sebut sebagai penyebab krisis keuangan Asia Timur tahun 1997.

PENDAHULUAN
Tingkat pengungkapan yang rendah di Negara-negara pasar berkembang tersebut konsisten dengan system tata kelola perusahaan dan keuangan di Negara-negara itu. Pasar ekuitas tidak terlalu berkembang, baik, bank dan pihak internal seperti kemompok keluarga menyalurkan kebutuhan penadanaan dan secara umum tidak terlalu banyak adanya kebutuhan akan pengungkapan public yang kredibel dan tepat waktu, bila dibandingkan dengan perekonomian yang lebih maju.
Namun demikian, permintaan investor akan informasi mengenai perusahaan yang tepat waktu dan kredibel di negara-negara pasar berkembang semakin banyak dan pihak regulator memberikan respons terhadap permintaan ini dengan membuat ketentuan pengungkapan yang lebih ketat dan meningkatkan upaya-uoaya pengawasan penegakan aturan.

Tingkat Pengungkapan Perusahaan Industri di Beberapa Negara Pasar Berkembang dan Negara Maju Tertentu

Rangking Negara Rata-rata Nilal Rangking Negara Rata-rata Nilai
1 Inggris 85 11 Spanyol, Zimbawe 72
2 Firlandia, Swedia 83 12 Jepang, Meksiko 71
3 Irlandia 81 13 Nigeria 70
4 Ausrtalia, Selendia Baru, Swiss 80 14 Argentina, Belgia, Korea selatan 68
5 Malaysia 79 15 Jerman 67
6 Chili 78 16 Italia, Thailand 66
7 Amerika Serikat 76 17 Filipina 64
8 Kanada, Denmark, Norwegia 75 18 Austria 62
9 Israel, Belanda, Sri Lanka 74 19 Yunani, India 61
10 Hongkong, Pakistan 73 20 Kolombia, Taiwan, Turki 58

Dari data diatas dapat diketahui, bahwa 12 dari 20 negara dengan tingkat pengungkapan relatif rendah adalah Negara-negara pasar berkembang. Sebaliknya hanya tiga dari Negara-negara dengan tingkat pengungkapan yang relative tinggi merupakan Negara-negara pasar berkembang.

Bukti empiris praktik pelaporan di Negara-negara pasar berkembang masih terbatas hingga akhir-akhir ini. Namun demikian, seiring dengan upaya pasar saham dan perusahaan- perusahaan yang tercatat sahamnya di Negara-negara ini untuk meningkatkan kehadirannya, para peneliti sedang mengembangkan bukti lebih jauh terhadap praktik-parktik apa saja yang dijalankan dan apa saja perbedaan dengan Negara-negara maju.

Sumber : Choi D.S. Frederick & Meek K. Gary. 2005. AKUNTANSI INTERNASIONAL, EDISI 5 BUKU 1. Jakarta : Salemba Empat.

Published in: on 12 Maret 2011 at 1:19 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

AKUNTANSI KOMPARATIF 2 : NEGARA TAIWAN

Negara Taiwan merupakan salah satu Negara kapitalis namun secara tradisional memiliki campur tangan pemerintah pusat yang kuat dan kepemilikan pemerintahan terhadap industri-industri penting. Pada masa lampau, perekonomiannya agak tertutup terhadap investasi asing dan kompetisi internasional. Isolasi relative ini sekarang berubah, karena pemerintahan melakukan privatisasi terhadap kepemilikan dalam industri dan membuka diri terhadap perekonomian global. Negara lain yang mirip kondisinya adalah Negara Meksiko.

PENDAHULUAN

Perekonomian Taiwan telah berkembang dalam tiga tahap yang berbeda sejak tahun 1949. Selama tahun 1050-an, pertanian dan industry substitusi impor mendominasi pertumbuhan ekonomi. Kemudian dimulai pada tahun 1960-an dan berfokus pada perluasan ekspor, yang didorong oleh perakitan komponen-komponen yang di impor untuk barang-barang komsumsi dan industri ringan berteknologi rendah. Tahap yang terakhir meliputi industri padat modal dan berteknologi tinggi.
Taiwan memiliki perekonomian kapitalis yang dinamis dengan pengurangan tuntutan pemerintah atas investasi dan perdagangan luar negeri secara perlahan-lahan. Dapat dikatakan bahwa Taiwan memiliki system keuangan lebih berdasarkan kredit yang sama dengan system di Jerman dan Jepang ketimbang system berdasarkan pasar uang. Meskipun kebanyakan perusahaan Taiwan merupakan perusahaan kecil dan sangat dimiliki oleh keluarga pengendali, Bursa Efek Taiwan memiliki kapitalisasi pasar terbesar kedua di antara pasar saham yang sedang berkembang. Taiwan merupakan perekonomian terbesar ke-17 di dunia Amerika Serikat merupakan mitra dagang Taiwan yang terbesar, mengambil 23% ekspor Taiwan dan mengirimkan 17 % dari impornya.

Regulasi dan Penegakan Aturan Akuntansi
Hukum Akuntansi Komersial yang diamendemen pada tahun 1987, mengatur catatan akuntansi dan laporan keuangan di Taiwan. Hukum tersebut berlaku bagi perusahaan-perusahaan yang didirikan berdasarkan Hukum Perusahaan dan Aturan Bisnis. Hukum tersebut menetapkan bahwa catatan akuntansi harus disimpan dan mengatur bentuk provisi dasar laporan keuangan, catatan dan pengungkapan laporan keuangan lainnya. Ketentuan lain meliputi akuntansi dasar akrual dan periode fiscal tahun kalender. Hukum ini juga menekankan akuntansi keuangan berbeda dari akuntansi pajak.

Standar akuntansi ditetapkan oleh Komite Standar Akuntansi Keuangan (FASB) dari Lembaga Pengembangan dan Penelitian Akuntansi (ARDF), yang dibentuk pada tahun 1984 oleh lembaga akuntansi keuangan di Amerika Serikat, untuk meningkatkan level studi akuntansi, memajukan perkembangan standar akuntansi dan auditing dan membantu perusahaan industry dan komersial untuk memperbaiki system akuntansinya.

Sebelum mengeluarkan standar, FASB menyyusun draf sementara, meminta opini nasihat dari pihak-pihak yang terkait, menyelenggarakan dengan pendapat umu jika diperlukan, dan kadang-kadang menyusun revisi draf sementara. Perusahaan-perusahaan yang tercatat sahamnya pada Bursa Efek Taiwan menghadapi ketentuan pengungkapan tambahan yang dikeluarkan oelh komisi sekuritas dan future (SPC – Securities and Futures Commission), sebuah lembaga yang berada di bawah Kementerian Keuangan.

Kerangka Dasar Konsep Akuntansi Keuangan dan Penyusunan Laporan Keuangan direvisi tahun 2002 didasar pada kerangka dasar IASC. Perbedaan-perbedaan anrata prinsip Taiwan dengan IAS/IFRS yang masih ada juga akan diidentifikasi sehingga prinsip-prinsip Taiwan akan direvisi agar sesuai dengan IFRS/IAS. SFC juga mendorong perusahaan-perusahaan yang sahamnya tercatat untuk mengadopsi IAS/IFRS dalam topic-topik yang tidak diatur dalam standar akuntansi Taiwan.

Pelaporan Keuangan
Hukum Akuntansi Komersial mewajibkan laporan keuangan berikut ini :
1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Perubahan Ekuitas Pemilik
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan

Catatan harus mengungkapan informasi beriku ini :
a. Ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan
b. Alasan-alasan perubahan atas kebijakan akuntansi dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan
c. Hak kreditor terhadap aktifa tertentu
d. Komitmen dan kewajiban kontinjen yang berjumlah material
e. Pembatasan atas pembagian laba
f. Peristiwa penting yang berkaitan dengan ekuitas pemilik
g. Peristiwa setelah tanggal neraca yang penting
h. Pos-pos lain yang memerlukan penjelasan untuk menghindari kesan kesalahpahaman

Laporan keuangan harus dikomperatif dan periode fiscal haruslah tahun kalender. Laporan keuanan yang diaudit oleh CPA adalah perusahaan milik public atau bukan perusahaan public tapi yang lebih besar, seperti laporan keuangan bank, perusahaan asuransi, dan perusahaan sekuritas.

Pengukuran Akuntansi
• Laporan keuangan konsolidasi diwajibkan ketika sebuah perusahaan mengendalikan entitas lain, umumnya dengan kepemilikan lebih dari 50%.
• Metode pembelian diwajibkan untuk pengabungan usaha, metode penyatuan kepemilikan tidak digunakan.
• Berdasarkan metode pembelian, aktiva diahlikan berdasarkan nilai bukunya, meskipun dapat disesuaikan karena nilai pasar yang lebih tinggi.
• Goodwill umunya dikapitalisasi dan diamortisasi selama paling lama 20 tahun.
• Metode ekuitas digunakan apabila terdapat kepemilikan di perusahaan lain sebesar 20 % atau lebih.
• Aktiva tetap, termasuk tanah dan sumber daya alam dan aktiva idak berwujud dapat direvalusi. Akiva lainnya dapat direvaluasi sesuai dengan indeks harga pemerintah apabila harga meningkat lebih dari 25 % sejak pembelian atau penilain terdahulu. Akun cadangan modal dikreditkan apabila aktiva direvaluasi.
• Depresiasi dan amortisasi dihitung didasarkan estimasi masa manfaat. Metode yang digunakan tidak harus sama dengan hukum pajak.
• Aktiva tidak berwujud diamortisasi selama periode maksimusasi 20 tahun.
• Persedian disajikan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan dan pasar; baik metode LIFO,FIFO, maupun rata-rata merupakan asumsi arus data yang dapat diterima.
• Alokasi pajak antar periode di wajibkan apabila terdapat perbedaan karena waktu, dengan demikian, pajak tanguhan di akru.
• Perusahaan-perusahaan Taiwan harus memiliki cadangan wajib dalam ekuitas pemegang saham : yaitu sepuluh persen dari laba bersih disisihkan setiap tahunya hingga nilai cadangan sama dengan total saham dasar perusahaan.

SUMBER
Choi D.S. Frederick & Meek K. Gary. 2005. AKUNTANSI INTERNASIONAL, EDISI 5 BUKU 1. Jakarta : Salemba Empat.

Published in: on 5 Maret 2011 at 2:55 am  Tinggalkan sebuah Komentar